Partisipasi Indonesia dalam Diplomasi Pertahanan untuk Keamanan Maritim di Asia Tenggara (Studi Tentang Regional Cooperation Agreement On Combating Piracy and Armed Robbery Against Ships in Asia)
DOI:
https://doi.org/10.33172/jdp.v3i2.85Abstract
Abstrak - Indonesia sebagai negara dengan wilayah laut terbesar di Asia Tenggara memiliki masalah-masalah keamanan maritim, salah satunya pembajakan dan perompakan. Indonesia melakukan diplomasi pertahanan berbentuk kerja sama multilateral dengan negara-negara lain, baik dari Asia Tenggara maupun luar kawasan untuk mengatasi pembajakan dan perompakan tersebut, namun Indonesia belum bergabung menjadi anggota ReCAAP. Tulisan ini menganalisis tentang partisipasi Indonesia dalam diplomasi pertahanan untuk keamanan maritim di Asia Tenggara dan alasan Indonesia belum bergabung sebagai anggota dalam Regional Cooperation Agreement on Combating Piracy And Armed Robbery Against Ships In Asia (ReCAAP). Tulisan ini disusun menggunakan analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Indonesia aktif berpartisipasi sebagai anggota dalam kerja sama keamanan maritim untuk menangani perompakan dan pembajakan di Asia Tenggara, namun belum menjadi anggota ReCAAP dengan alasan ReCAAP berpotensi melanggar kedaulatan Indonesia melalui beberapa faktor.
Kata kunci: diplomasi pertahanan, kerja sama keamanan, keamanan maritim partisipasi, ReCAAP
Abstract - Indonesia as the country with the largest sea area in Southeast Asia has a maritime security issues, one of which piracy and armed robbery. Indonesian defense diplomacy conducted through multilateral cooperation with other countries, both in Southeast Asia and outside the region to tackle the piracy and armed robbery, but Indonesia has not joined a member ReCAAP. This paper analyzes on Indonesia's participation in defense diplomacy for maritime security in Southeast Asia and Indonesia reasons not joined as a member of the Regional Cooperation Agreement on Combating Piracy And Armed Robbery Against Ships In Asia (ReCAAP). This article was compiled using descriptive analysis with qualitative approach. The results showed that Indonesia actively participate as members in the maritime security cooperation to tackle piracy and piracy in Southeast Asia, but has not yet become a member ReCAAP the grounds ReCAAP potentially violate the sovereignty of Indonesia through several factors.
Keywords: defense diplomacy, participation, maritime security, security cooperation, ReCAAP
References
Daftar Pustaka
Wawancara
- Prof. Hasjim Djalal (Penasehat Senior Menteri Kelautan dan Perikanan)
- Brigjen TNI Jan Pieter Ate (Direktur Kerja Sama Internasional, Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan, Kementerian Pertahanan 2010-2014)
- Amb. Darmansjah Djumala (Kepala Sekretariat Presiden RI)
- Laksamana Pertama Amarulla Octavian (Kepala Staf Armada Republik Indonesia Kawasan Barat 2014-2016)
- Kol. Kresno Buntoro (Sekretaris Dinas Pembinaan Hukum Angkatan Laut)
- Staf Direktorat Politik Keamanan ASEAN Kementerian Luar Negeri
- Staf Direktorat Politik Keamanan Wilayah Kementerian Luar Negeri
- Staf ahli pertahanan Komisi I DPR RI
Buku, Jurnal, Dokumen Resmi dan Situs Web
Anwar, S. (2013, Desember). Konsep Keamanan Indo-Pasifik: Bentuk dan Hambatannya. Jurnal Pertahanan, 3(3), 138.
Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan. (2015). Diplomasi Poros Maritim. Jakarta: Kementerian Luar Negeri.
Ditpolkam ASEAN. (2016). Non-Paper: Diplomasi Maritim dalam Kerangka Kerja Sama ASEAN. Jakarta: Kementerian Luar Negeri RI.
Djumala, D. (2015). Maritime Fulcrum: Diplomacy and Foreign Policy Perspective. Jakarta: Kementerian Luar Negeri RI
Dwiningrum, S. I. A (2011). Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan: Suatu Kajian Teoretis dan Empirik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Feldt, L., Roell, P., & Thiele, R. D. (2013). Maritime Security: Perspectives for Comprehensives Approach. ISPSW Strategy Series: Focus on Defense and International Security, 2.
Kementerian Luar Negeri RI. (2010, Juli 29). Pertemuan I Forum Maritim ASEAN. Diambil kembali dari Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia: http://www.kemlu.go.id/id/berita/siaran-pers/Pages/Pertemuan-I-Forum-Maritim-Asean-AMF.aspx
Kementerian Luar Negeri RI. (2016, Februari 28). ASEAN Foreign Ministers Call for Unity to Face Regional Challenges. Diambil kembali dari Kementerian Luar Negeri RI: http://www.kemlu.go.id/en/berita/Pages/asean-vientiane-unity.aspx
Marsetio. (2013). Kepentingan Nasional Di Laut Dalam Perspektif Maritime Domain Awareness. Diambil kembali dari Bin Korps Pelaut: http://binkorpspelaut.tnial.mil.id/index.php?option=com_content&view=article&id=34:kepentingan-nasional-di-laut-dalam-perspektif-maritime-domain-awareness&catid=28:fgd-mda-wakasal
Milner, H. V., & Tingley, D. (2012). The Choice for Multilateralism: Foreign Aid and American Foreign Policy. New York: Springer Science + Business Media.
Octavian, A., & Yulianto, B. A. (2015). Bajak Laut: Antara Aden dan Malaka. Jakarta: Universitas Pertahanan Indonesia.
Rahmawaty, A. (2014, Oktober 30). Peran Poros Maritim Dunia Dalam Meningkatkan Pengaruh Indonesia di Tingkat Internasional. Retrieved from Forum Kajian Pertahanan dan Maritim: http://www.fkpmaritim.org/peran-poros-maritim-dunia-dalam-meningkatkan-peran-indonesia-di-tingkat-internasional/
Raymond, C. Z. (2009). Piracy and Armed Robbery in the Malacca Strait: A Problem Solved? Naval War College Review, 38.
Rosenau, J. N., & Thompson, K. W. (1976). World Politics: An Introduction. (G. Boyd, Ed.) New York: Free Press.
Sutrisno, & Hanafie, R. (2007). Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi.
Winger, G. (2014). The Velvet Gauntlet: A Theory of Defense Diplomacy., Vol. XXXIII, p. 2. Wina.
Wohlforth, W. C. (2010). Realism and Security Studies. In M. D. Cavelty, & V. Mauer (Eds.), The Routledge Handbook of Security Studies. New York: Routledge.