Strategi Pertahanan Laut Nusantara Dalam Mewujudkan Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia

Authors

  • Basri Mustari Program Studi Strategi Perang Semesta Fakultas Strategi Pertahanan Universitas Pertahanan
  • Supartono Supartono Fakultas Strategi Pertahanan Universitas Pertahanan
  • Rayanda Barnas Fakultas Strategi Pertahanan Universitas Pertahanan

DOI:

https://doi.org/10.56555/sps.v4i2.285

Abstract

Abstrak – Poros Maritim Dunia (PMD) mulai dicetuskan sejak terpilihnya Joko Widodo sebagai Presiden RI pada tahun 2014, beberapa hal yang dijadikan dasar untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia diantaranya letak geografis Indonesia yang berada pada persilangan samudera Hindia dan samudera Pasifik serta antara benua Asia dan benua Australia.  Posisi Indonesia yang strategis tersebut tentu berkepentingan untuk ikut menentukan masa depan kawasan samudera Pasifik dan samudera Hindia agar  kedua kawasan tersebut tetap damai dan aman bagi pengguna jalur perdagangan dunia. Dalam rangka mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia, maka TNI AL sebagai komponen utama pertahanan negara di laut mempunyai peran penting untuk menjaga kepentingan  bangsa Indonesia di laut dan menjamin keamanan bagi para pengguna laut. Melalui strategi pertahanan laut nusantara (SPLN) yang dimiliki oleh TNI AL sejak tahun 2004  perlu diketahui sejauh mana SPLN dapat mewujudkan lima pilar utama yang terdapat pada poros maritim dunia. Dengan menggunakan metode kualitatif fenomenologis, penulis mmemperoleh data melalui wawancara langsung kepada beberapa narasumber terkait dengan sejauh mana SPLN dapat mewujudkan poros maritim dunia yang hasilnya dapat disimpulkan bahwa SPLN tidak sepenuhnya dapat mewujudkan poros maritim dunia karena tujuan SPLN hanya untuk operasi pengendalian laut dan penangkalan, sehingga diperlukan adanya penyempurnaan SPLN dan kerjasama antar kementerian dan lembaga terkait untuk mewujudkan lima pilar utama poros maritim dunia.

Kata Kunci: Strategi, Pertahanan Negara di Laut, Poros Maritim Dunia

 

Abstract - The World Maritime Axis (WMA) began to be initiated since the election of Joko Widodo as President of the Republic of Indonesia in 2014, a number of things that became the basis for making Indonesia as the WMA, including Indonesia's geographical location in the Indian Ocean and Pacific Ocean crossing and between the Asian continent and the Australian continent. Indonesia's strategic position is certainly of interest to determine the future of the Pacific and Indian oceanic regions so that the two regions remain peaceful and safe for users of world trade routes. In order to realize Indonesia as a WMA, the Navy as a major component of the country's defense at sea has an important role to play in safeguarding the interests of the Indonesian people at sea and ensuring security for marine users. Through the Archipelago Sea Defense Strategy (ASDS) owned by the Indonesian Navy since 2004, it is necessary to know the extent to which the ASDS can realize the five main pillars contained in the WMA. By using phenomenological qualitative methods, the author obtains data through direct interviews with several informants related to the extent to which the ASDS can realize the WMA, the results of which can be concluded that ASDS cannot fully realize the WMA because the purpose of ASDS is only for sea control and deterrence operations, so required improvement of ASDS and cooperation between relevant ministries and institutions to realize the five main pillars of the WMA

Keywords: Strategy, State of Defense at Sea, World Maritime Axis

Author Biographies

Basri Mustari, Program Studi Strategi Perang Semesta Fakultas Strategi Pertahanan Universitas Pertahanan

Program Studi Strategi Perang Semesta Fakultas Strategi Pertahanan Universitas Pertahanan

Supartono Supartono, Fakultas Strategi Pertahanan Universitas Pertahanan

Fakultas Strategi Pertahanan Universitas Pertahanan

Rayanda Barnas, Fakultas Strategi Pertahanan Universitas Pertahanan

Fakultas Strategi Pertahanan Universitas Pertahanan

References

Daftar Pustaka

Basri Mustari. Mahasiswa Universitas Pertahanan 2017 Fakultas Strategi Pertahanan, Prodi Strategi Perang Semesta

Supartono. Wakil Rektor 2 Universitas Pertahanan 2018. Pembimbing 1

Rayanda Barnas. Analis Madya Satwas Universitas Pertahanan 2018. Pembimbing 2

Clausewitz, Carl von. 1984. On War. (Terj. dari Vom Kriege. Princeton University Press. Michael Howard dan Peter Paret). New York: Oxford University Press.

Lykke, Arthur F, 1997. “Defining Military Strategy” dalam Military Review No 77 Vol. 1

Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, 2015. Strategi Pertahanan Negara Indonesia. Kemhan RI, Jakarta.

Lipi, 2015. Indonesia Menjadi Poros Maritim Dunia 2015 pada http://lipi.go.id di akses pada September 2018.

Limbong, B. 2015. Poros Maritim. Margaretha Pustaka, Jakarta.

Joko Widodo, 2014. Deklarasi Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia pada (KTT) ke-9 East Asia Summit (EAS) di Nay Pyi Taw, Myanmar pada https://www.kemlu. go.id di akses pada 5 Oktober 2018.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019, Jakarta.

Markas Besar TNI AL. 2004. Strategi Pertahanan Laut Nusantara (SPLN) Mabes TNI AL, Jakarta

Craig and Grant, 1996. Manajemen Strategi. Alex Media Komputindo. Kelompok Gramedia, Jakarta.

Pearce II, Robinson 2008. Manajemen Strategis. Salemba Empat, Jakarta

David, F. R, 2011. Strategic Management. Buku 1. Edisi 12. Salemba Empat, Jakarta

Marsetio, 2014. Sea Power Indonesia. Universitas Pertahanan, Jakarta.

Corbett, J. S. 2015. Some Principles of Maritime Strategy. Middletown, USA

Undang-undang R I Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI.

Limbong, B. 2015. Poros Maritim. Margaretha Pustaka, Jakarta.

Markas Basar TNI AL. 2001. Doktrin TNI AL Eka Sasana Jaya. Mabes TNI AL, Jakarta.

Markas Besar TNI AL, 2008. Buku Petunjuk Pelaksanaan Pemberdayaan Wilayah Pertahanan Laut, Mabes TNI AL. Jakarta

Widodo. J.. 2014. Pidato pada KTT ke-9 East Asia Summit. Nay Pyi Taw, Myanmar.

Downloads

Published

2018-08-07