‘IANFU’ DI INDONESIA DAN NIHILNYA REKONSILIASI
Abstract
Pada masa Perang Dunia II, Jepang menerapkan sistem perbudakan seksual dan kekerasan sistematis melalui pembangunan rumah bordil atau ianjo dengan melakukan perekrutan secara paksa terhadap perempuan-perempuan lokal di wilayah yang didudukinya, termasuk Indonesia. Para perempuan yang menjadi korban sistem tersebut disebut sebagai ‘ianfu’. Pasca Perang Dunia II, Indonesia sebagai negara salah satu tempat para korban ‘ianfu’ berada belum berhasil menerapkan sikap dan kebijakan yang dapat memenuhi hak-hak para mantan ‘ianfu’. Padahal, pemenuhan hak mereka sebagai korban konflik merupakan hal yang perlu dilakukan untuk melakukan rekonsiliasi konflik. Ditambah lagi, para korban terus melakukan tuntutan terhadap Jepang untuk menyelesaikan permasalahan ini. Hal ini kemudian memunculkan pertanyaan mengenai sikap dan kebijakan Pemerintah Jepang yang selanjutnya. Artikel ini akan mendeskripsikan dan menganalisis sikap serta kebijakan Jepang atas permasalahan ‘ianfu’. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan mewawancara narasumber serta melakukan studi literatur melalui buku, tulisan ilmiah, dan artikel. Dengan menggunakan pendekatan studi resolusi konflik dan perdamaian melalui teori imposed peace milik Clark dan Johnson & Johnson dan rekonsiliasi konflik milik Ho-Won Jeong, penulis berkesimpulan bahwa sikap dan kebijakan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Jepang hingga sekarang, ditambah dengan sikap dan kebijakan Pemerintah Indonesia mengenai permasalahan ‘ianfu’ hingga saat ini telah memaksakan perdamaian kepada para korban dan belum berhasil mencapai tahapan rekonsiliasi dengan diabaikannya pemenuhan hak-hak para korban mantan ‘ianfu’ serta terjadinya penyangkalan tanggung jawab oleh Pemerintah Jepang.
Kata Kunci: Indonesia, Jepang, ‘IANFU’, Korban, Perbudakan Seksual, Rekonsiliasi
References
Buku
Deutsch, M., & Coleman, P. T. (2012). Psychological Components of Sustainable Peace: An Introduction. In P. T. Coleman, & M. Deutsch (Eds.), Peace Psychology Book Series. New York: Springer.
Hendrajit. (2011). International Collaboration for Re-Unveiling Japanese Militarism and its War Crimes in Asia Pacific. In Hendrajit (Ed.), Japanese Militarism & its War Crimes in Asia Pacific Region. Jakarta: GFI Publishing.
Hindrati, E. (2011). The Bill of 'Ianfu' Breaking the Political Science in Japan. In Hendrajit (Ed.). Japanese Militarism & Its War Crimes in Asia Pacific Region. Jakarta: GFI Publishing.
Jeong, H. W. (2010). Conflict Management and Resolution: An Introduction. Oxon: Routledge.
Kimura, K. (2011). The Modern Imperial System as the Axis of Japanese Militarism during the Asia-Pacific War: "A System of Assimilation and Elimination to Rank Human Life". In Hendrajit (Ed.), Japanese Militarism & Its War Crimes in Asia Pacific Region. Jakarta: GFI Publishing.
Mariana, A. (2015). Perbudakan Seksual: Perbandingan Antara Masa Fasisme Jepang dan Neofasisme Orde Baru. Tangerang Selatan: Marjin Kiri.
Soh, C. S. (2008). The Comfort Women: Sexual Violence and Postcolonial Memory in Korea and Japan. Chicago: University of Chicago.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Jurnal
Arayunedya, S. (2016). “Kegagalan Mediasi pada Relokasi Penduduk Kampung Pulo Jakarta Timur: Belajar dari kasus Mediasi LSM CM”. Jurnal Pertahanan, 6(2),113-131.
Argibay, C. M. (2003). “Sexual Slavery and the Comfort Women of World War II”. Berkeley Journal of International Law, 21(2), 375-389. doi:10.15779/Z38VW7D
Haruki, W. (2008). “The Comfort Women, the Asian Women's Fund and The Digital Museum.” The Asia-Pacific Journal: Japan Focus, 6(2). (G. McCormack, Trans.)
Kristi, R. (2016). “Perbedaan Respon Indonesia dan Korea Selatan dalam Penyelesaian Jugun-Ianfu Terhadap Jepang”. Jurnal Analisis Hubungan Internasional, 5(2), 323 332.
Shim, Y. H. (2017). “Metamorphosis of the Korean ‘Comfort Women’: How Did Han 恨 Turn into the Cosmopolitan Morality?” Development and Society, 46(2),251-278.
Tongsutshi, J. L. (1994). “Comfort Women of World War II”. UCLA Women's Law Journal, 4(2), 413-419.
Yamaguchi, T. (2017). “What is the Aim of Nippon Kaigi, the Ultra-Right Organization that Supports Japan’s Abe Administration?”. The Asia-Pacific Journal: Japan Focus, 15(21).
Skripsi
Nurpratiwi, H. (2015). “Kiprah Mardiyem dalam Memperjuangkan Hak-Hak Mantan Jugun Ianfu di Yogyakarta (1993-2007)”. Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta.
Laporan dan Kertas Posisi
Komnas HAM dan Jaringan Advokasi Jugun-ianfu Indonesia (JAJI). (2010). Menggugat Negara Indonesia atas Pengabaian Hak-Hak Asasi Manusia (Pembiaran) Jugun ianfu sebagai Budak Seks Militer dan Sipil Jepang 1942-1945. Jakarta: Komnas HAM.
Komnas Perempuan. (2009). Perlindungan terhadap Saksi dan Korban. (Y. Muthmainnah, Ed.) Jakarta: Komnas Perempuan.
Artikel Majalah
Setiyono, B., Isnaeni, H. F., TH, H., & Hindra, E. (2012). “Santunan yang Tak Santun”. Majalah Historia, 3(I), 54-57
___________________. (2012). “Tuntut Tanpa Rasa Takut”. Majalah Historia, 3(I), 58.
___________________. (2012). “Kisah Suharti dan Nakasone”. Majalah Historia, 3(I), 63-66.
Film
Dezaki, M. (Produser). (2018). Shusenjo: The Main Battleground of Comfort Women Issue [Gambar Hidup]. No Man Productions LLC, Amerika Serikat.
Website
Asian Women's Fund. (n.d.). “Projects by Country or Region – Indonesia.”, dalam http://www.awf.or.jp/e3/indonesi a-00.html, diakses pada 28 Mei 2019.
Dania, M. (2016). “Former Sex Slaves were Victims of War Crime”, dalam
https://www.thejakartapost.com news/2016/01/15/former-sex slaves-were-victims-war crime.html, diakses pada 20 Juli 2019.
Kingston, J. (2018). “Japan’s Prime Minister could Solve The ‘Comfort Women’ Issue Once and for all. So why won’t he?”, dalam https://www.washingtonpost.com/news/democracy-post/wp/2018/01/22/japans-prime-minister-could-solve-the-comfort-women-issue-once-and-for-all-so-why-wont-he/, diakses pada 11 November 2019.
Kyodo, Reuters, dan Japan Times. (2019). “Demand for 'comfort women' apology by Emperor angered many in Japan, Abe says, as U.S. seeks calm.”, dalam https://www.japantimes.co.jp/ne
ws/2019/02/13/national/politics-
diplomacy/demand-comfort-
women-apology-emperor-
angered-many-japan-abe-says-u-s-
seeks-calm/, diakses pada 05 November 2019.
The Global Alliance for Historical Truth (GAHT). (n.d.). “About GAHT: Purpose of Establishment of GAHT” dalam http://gaht.jp/aboutGAHT.html, diakses pada 04 November 2019
Women's Caucus for Gender Justice. (2001). “Transcipt of Oral Judgement”, dalam
http://iccwomen.org/wigjdraft1/Ar
chives/oldWCGJ/tokyo/summary.h
tml, diakses pada 20 Mei 2019.