Analisis Kebijakan Penanganan Konflik Etnis di Kota Sorong Papua Barat

Authors

  • Ezrah Ariandy Macpal Program Studi Damai dan Resolusi Konflik Universitas Pertahanan

Abstract

Abstrak - Kota Sorong merupakan satu dari sekian banyak daerah yang memiliki keberagaman, baik kebiasaan, adat istiadat, maupun agama. Keberagaman tersebut dapat dilihat dari banyaknya kehadiran masyarakat dari wilayah Indonesia lainnya yang berbaur dengan masyarakat lokal. Namun nampaknya keadaan tersebut menyisihkan potensi konflik yang besar terutama dengan masyarakat lokal. Terjadinya konflik  seringkali dipicu oleh maraknya aksi sepele yang mengganggu ketertiban masyarakat seperti aksi kejahatan yang diakibatkan oleh pengkonsumsian minuman keras yang tidak terkendali. Hal ini menarik untuk diteliti ketika permasalahan individu dibelokkan menjadi masalah antarkelompok. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana kebijakan penanganan konflik dilaksanakan oleh para pemangku kepentingan, yang mencakup pencegahan, penghentian, dan pemulihan pascakonflik. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dan proses analisis permasalahan menggunakan teori identitas sosial (Tajfel,1979), teori hubungan masyarakat (Frazer & Fitzduff, 1994), teori transformasi konflik (Miall, 2004) dan teori kebijakan (Lasswell & Kaplan,1970), yang dipadukan dengan konsep penanganan konflik sosial sesuai dengan UU N0.7 tahun 2012. Dari penelitian ini ditemukan faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya konflik etnis adalah faktor ketertiban masyarakat, faktor sosial budaya, kondisi perekonomian yang tidak merata, isu politik, serta tumbuhnya paham-paham separatisme. Dalam rangka menangani permasalahan tersebut, Pemkot Sorong disarankan untuk memberdayakan wadah-wadah seperti FKUB, FPK, FKDM, dan Kominda sebagai langkah pencegahan konflik, selain daripada pembuatan kebijakan dalam rangka menanggulangi konflik etnis di wilayahnya. Selain itu, di sarankan untuk mengadakan penelitian lanjutan terkait konflik etnis di Kota Sorong mengingat kondisi sosial Kota Sorong yang heterogen, sehingga  potensi ancaman perpecahan akan selalu ada di antara masyarakat.

Kata Kunci : Konflik etnis, Kebijakan, Hubungan Masyarakat, Penanganan Konflik Sosial

Abstract - Sorong city is one of the many areas in Indonesia that have diverse habits, customs, and religion. This diversity can be seen from the number of immigrants from across Indonesia who are blending in with the locals. But this condition can become a great potential for conflicts, especially with the local community. The source of conflict in Sorong is often triggered by of small actions that can disrupt public order, such as criminal acts caused by uncontrolled consumption of alcohol. Therefore, it is interesting to know how individual problems can be deflected into problem between groups.  Based on these facts, this research aims to analyze how conflict management policies were implemented by the stakeholders, including the prevention, cessation, and post-conflict recovery. Research method being used is qualitative, and to analyze the issues, theories of social identity (Tajfel, 1979), community relations (Frazer & Fitzduff, 1994), conflict transformation (Miall, 2004) and policy theory (Lasswell & Kaplan, 1970), combined with the Indonesian Law no. 7 2012 on handling of social conflicts, were utilized. The result of the research showed that the causes of ethnic conflict in Sorong were public order factors, social and cultural factors, imbalances in the economic conditions, political issues, and the growth of separatist ideologies.  In order to address these problems, the municipal government of Sorong is advised to empower local forums such as: FKUB, FPK, FKDM, and Kominda as conflict prevention measures, apart from policy-making instruments to overcome ethnic conflict in the region. Further research related to the ethnic conflict in Sorong should also be conducted considering the heterogeneous social conditions which can cause future social conflict.

Keywords: ethnic conflict, policy, community relations, Social Conflict Handling

Author Biography

Ezrah Ariandy Macpal, Program Studi Damai dan Resolusi Konflik Universitas Pertahanan

Program Studi Damai dan Resolusi Konflik Universitas Pertahanan

References

Daftar Pustaka

Anderson, K. (2015). Colonialism and Cold Genocide: The Case of West Papua. Genocide Studies and Prevention: An International Journal, 9(2), 9-25.

Anonim. (2012, Oktober 30). Jawa Pos Group. Diambil kembali dari Radar Sorong: http://www.radarsorong.com/index.php?mib=berita.detail&id=3668

Badil, R. (2008). Ekspedisi tanah Papua: laporan jurnalistik Kompas : terasing di pulau sendiri. Jakarta: Kompas.

Bobbitt, P. (1982). Constitutional Fate: Theory of Constitution. New York: Oxford University Press.

Chauvel, R. (2005). Constructing Papuan Nationalism: History, Etnicity, and Adaptation,Policy Studies 14. Washington: East-West Center.

Dagur, R. (2014, Nopember 05). Program transmigrasi ke Papua akan membuat warga lokal makin tersingkir. Diambil kembali dari indonesia.ucanews.com: http://indonesia.ucanews.com/2014/11/05/program-transmigrasi-ke-papua-akan-membuat-warga-lokal-makin-tersingkir/

Early, P., & Ang, S. (2003). Cultural intelligence: Individual Interactions Across Cultures. Palo Alto: Standford University Press.

Friedman, L. (2005). Coming of Age: Law and Society Enters an Exclusive Club. Annual Review, 1, 1-16.

Jeong, H.-W. (2008). Understanding Conflict and Conflict Analysis. London: Sage.

Lasswell, H. D., & Kaplan, A. (1970). Power and Society. New Haven: Yale University Press.

Maharani, E. (2014, April 22). Diambil kembali dari republika.com: http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/04/22/n4fq0c-bentrok-di-sorong-kapolri-ada-provokator-propapua-merdeka

Malik, I. (2005). Mari Mencegah Konflik: Memahami Sistem Peringatan Dini Berbasis Jaringan Komunikasi. Jakarta: Institut Titian Perdamaian.

McLeod, S. (2008). Social Identity Theory. Retrieved from simplypsychology.org: http://www.simplypsychology.org/social-identity-theory.html

Rustanto, B. (2015). Masyarakat Multikultur di Indonesia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Setyawan, B. (2012, Nopember 05). Kompas. Diambil kembali dari kompas.com: http://regional.kompas.com/read/2012/11/05/15253140/Warga.Papua.Tuntaskan.Kasus.Bentrok.di.Sorong

Subarkah, M. (2016, Febuari 04). Rusuh Sorong Dipicu Aksi Balas Dendam. Diambil kembali dari republika.com: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/02/04/o20g4c385-rusuh-sorong-dipicu-aksi-balas-dendam

Syafei, E. (2014, Agustus 25). Antarakalbarcom. Diambil kembali dari http://kalbar.antaranews.com/berita/325819/dualisme-ketentuan-penetapan-keadaan-darurat-di-indonesia

Tajfel, H., & Turner, J. (1979). An integrative theory of intergroup conflict. The social psychology of intergroup relations?

Trubisky, P., Ting-Toomey, S., & Lin, S.-L. (1991). The Influence of Individualism-Colectivism and Self-Monitoring on Conflict Styles. International Journal of Intercultural Relations, 15, 65-84.

Widjojo, M. S., Elisabeth, A., Rahab, A. A., Pamungkas, C., & Dewi, R. (2008). Papua Road Map: Model Jangka Panjang Penyelesaian Konflik di Papua. Jakarta: LIPI Press.

Downloads

Additional Files

Published

2017-07-14