Pembangunan Perdamaian dan Harmoni Sosial di Bali Melalui Kearifan Lokal Menyama Braya
Abstract
Abstract - Bali has been known as an ethnic which has peaceful image, however, this is not a guarantee that Bali is conflict free province in terms of the people and its plurality as well. This article is aimed at analyzing the utilization of local wisdom in Balinese society, that is, menyama braya in creating peaceful and harmonious society. Local wisdom is part of Bali's cultures which function as fundamental concepts thereby maintaining and building strong social relation to get rid of potential conflict. The notions of menyama braya correspond with the values of culture of peace and can be social capital to build community resilience. This article also denotes that stakeholders are the important elements to formulate the strategy of conflict prevention. Stakeholders are also utilize menyama braya to keep maintaining social stability towards racism, furthermore it function as precaution in terms of achieving peaceful and harmonious society.
Keywords: menyama braya, social capital, local wisdom, culture of peace, community resilience, CEWERS, conflict prevention and conflict resolution
Abstrak - Bali telah dikenal sebagai provinsi yang cinta damai, namun ini bukan jaminan bahwa Bali adalah juga provinsi bebas konflik dalam hal masyarakat dan pluralitasnya. Makalahl ini bertujuan untuk menganalisis pemanfaatan kearifan lokal masyarakat Bali, yaitu “menyama braya” dalam menciptakan masyarakat yang damai dan harmonis. Kearifan lokal adalah bagian dari budaya Bali yang berfungsi sebagai konsep dasar sehingga menjaga dan membangun hubungan sosial yang kuat untuk menyingkirkan potensi konflik. Gagasan “menyama braya” sesuai dengan nilai budaya damai dan bisa menjadi modal sosial untuk membangun ketahanan masyarakat. Makalah ini juga menunjukkan bahwa pemangku kepentingan merupakan elemen penting untuk merumuskan strategi pencegahan konflik. Pemangku kepentingan juga memanfaatkan “menyama braya” untuk tetap menjaga stabilitas sosial terhadap rasisme, selain itu berfungsi sebagai tindakan pencegahan dalam mencapai masyarakat yang damai dan harmonis.
Kata kunci: Menyama braya, modal sosial, kearifan lokal, budaya damai, ketahanan komunitas, CEWERS, pencegahan dan resolusi konflik
References
Daftar Pustaka
Atmadja, N. B. (2010). Ajeg Bali: Gerakan, Identitas Kultural, dan Globalisasi. Yogyakarta: LKiS.
Dewanto, A., & Utari, R. (2006). Pemberdayaan Modal Sosial dalam Manajemen Pembiayaan Sekolah. Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Vol. 3 No. 1, 25-33.
Haba, J. (2008). Revitalisasi Kearifan Lokal: Studi Resolusi Konflik di Kalimantan Barat, Maluku, dan Poso. Dalam I. M. Irwan Abdullah, Agama dan Kearifan Lokal Dalam Tantangan Global. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hawkins, R. L., & Maurer, K. (2009). Bonding, Bridging and Linking: How Social Capital Operated in New Orleans following Hurricane Katrina. British Journal of Social Work, Vol. 40, 1777–1793.
Jeong, H. W. (2008). Understanding Conflict and Conflict Analysis. London: SAGE Publications Ltd.
Lund, M. S. (2009). Conflict Prevention: Theory in Pursuit of Policy and Practice. In J. Bercovitch, V. Kremenyuk, I. W. Zartman, & (eds), The SAGE Handbook of Conflict Resolution (pp. 287-308). London: Sage.
Putnam, R. D. (2000). Bowling Alone: The Collapse and Revival of American Community. New York: Simon and Shuster.
Suryawan, I. N. (2005). Bali, Narasi dalam Kuasa: Politik & Kekerasan di Bali. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Trisila, S. (2015). Masyarakat Islam di Bali dalam Lintasan Historis. In A. D. Girindrawardani, S. Trisila, & (ed), Membuka Jalan Keilmuan Kusumanjali 80 Tahun: Prof. Dr. Anak Agung Gde Putra Agung, S.U. Denpasar: Pustaka Larasan.
Wijayanti, P. A., & Rokhman, A. (2011). Kearifan Lokal sebagai Bagian dari Demokrasi dan Pembangunan di Indonesia. Seminar Nasional FISIP-UT, (pp. 607-622).