ANALISIS FALSAFAH HUMA BETANG SEBAGAI SARANA REKONSTRUKSI PERDAMAIAN PASCA KONFLIK SUKU DAYAK - MADURA DI KALIMANTAN TENGAH
Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk menganalisis Falsafah Huma Betang sebagai sarana rekonstruksi perdamaian pasca konflik antara suku Dayak dan Madura di Kalimantan Tengah. Falsafah Huma Betang merupakan salah satu kekayaan intelektual lokal asli Suku Dayak di Kalimantan Tengah yang terinspirasi dari rumah adat. Falsafah Huma Betang memiliki nilai luhur seperti kesetaraan sesama manusia, kebersamaan, kekeluargaan/ persaudaraan, persatuan dan taat pada hukum. Dalam menganalisis Falsafah Huma Betang, konstruksi teori transformasi konflik, teori manajemen strategi, konsep pembangunan perdamaian dan konsep keamanan nasional digunakan untuk melihat pembangunan perdamaian pasca konflik secara lebih mendalam dan berkelanjutan. Penelitian mengunakan pendekatan kualitatif dengan konstruksi deskirptif. Data dikumpulkan dengan mengunakan wawancara mendalam dan studi literatur. Hasil penelitian akan menunjukkan sejauh mana Falsafah Huma Betang dapat dipakai sebagai rekonstruksi perdamaian pasca konflik suku Madura dan Dayak di Kalimantan Tengah. Selain itu Huma Betang juga selayaknya ditempatkan sebagai pedoman hidup dan menjadi bagian dalam upaya penyelasaian konflik secara non ligitatif serta pembangunan perdamaian yang positif dan berkelanjutan.
Referensi
Darmono, B. (2010). Konsep dan Sistem Keamanan Nasional Indonesia. Jurnal Ketahanan Nasional, 1-42.
Fajarani, U. (2014). Peranan Kearifan Lokal Dalam Pendidikan Karakter. Jurnal SOSIO-DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 1(2), 123-130.
Galtung, J. (2010). Peace Studies and Conflict Resolution: The Need for Transdisciplinarity. Transtructural Psychiatry, 47(1), 20-32.
J.P, L. (2012). Little Book of Conflict Transformation: Clear Articulation of The Guiding Principles By A Pioneer In The Field. Google Book.
Moleong, L. (2006). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Robinson, J. P. (2008). Manajemen Strategis: Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian. Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA.
Suratman, Y. (2017). Taksonomi Konflik-Konflik Internak Di Indonesia Sebagai Potensi Perang Proxy. Jurnal Pertahanan dan Bela Negara.
Susanto, D. (2017). Interaksi dan Perubahan Sosial Budaya Pasca Konflik Antar Suku. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Trijono, L. (2009). Pembangunan Pedamaian Pasca-Konflik di Indonesia: Kaitan Perdamaian, Pembangunan dan Demokrasi Dalam Pengembangan Kelembagaan Pasca-Konflik. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 13 (1), 48-70.